Marhaban Ya Ramadhan
Ramadhan kembali tiba
menemui kita di tahun 1441 hijriyah. Bertemu dengan hari-hari Ramadhan
merupakan anugerah Allah yang luar biasa bagi orang-orang beriman. Bukan hanya
karena bertambahnya masa hidup itu baginya adalah bertambahnya kesempatan mencatatkan
pahala kebaikan sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah SAW, tapi bertemu dengan
hari-hari Ramadhan yang dimuliakan Allah adalah peluang terbesar untuk
memuliakan dirinya di sisi Allah SWT sebagaimana Allah menjadikan momentum
Ramadhan bagi mereka agar menapaki anak-anak tangga menuju derajat orang-orang
bertaqwa.
Bagaimana hari-hari
Ramadhan dapat mengantarkan kita menuju derajat muttaqin? Inilah pertanyaan
pentingnya bagi kita ketika berada di awal Ramadhan seperti ini. Jawaban dari
pertanyaan ini akan menjadi pijakan dan arahan amalan kita sehingga Ramadhan
yang dihadirkan oleh Allah tidak sia-sia dalam kehidupan kita.
Sahabat beriman.
Penyambutan Ramadhan tidak cukup hanya dengan memunculkan rasa bahagia di hati
akan hadirnya Ramadhan dalam kehidupan kita. Tapi harus ada bentuk konkrit amal
kebaikan yang kita lakukan yang tak biasa kita lakukan sebelumnya. Ibarat kita
menyambut tamu agung, rasa bahagia hati kita harus mendorong kita melakukan banyak
hal sehingga tamu itu nyaman bersama kita dan kita pun nyaman bersamanya.
Untuk menciptakan rasa
nyaman tamu kita itu, kita juga perlu mengetahui apa saja yang disukai oleh
tamu kita tersebut, sehingga kita benar-benar siap melakukan apa yang
membuatnya tersenyum bahagia bersama kita dan kita pun bahagia melakukannya
bukan karena keterpaksaan.
Berdasarkan banyak
rujukan dari al-qur”an, as-sunnah, dan kehidupan nyata generasi terbaik umat
ini, Ramadhan dikenal dengan banyak nama yang masing-masing menunjukkan bentuk
amalan yang perlu kita lakukan.
Di antara nama yang
diidentikkan dengan Ramadhan adalah syahrus shiyam karena adanya kewajiban
kita berpuasa di siang harinya, berpuasa dengan benar memenuhi syarat, rukun, dan
sunnah-sunnahnya, berpuasa dalam arti menahan diri dari segala hal yang
dilarang Allah dan Rasul-Nya. Bukan hanya menahan syahwat perut dari aneka
makanan atau minuman dan syahwat di bawah perut yang merontokkan tatanan moral
dan social kemasyarakatan. Sehingga ibadah puasa umat ini benar-benar mampu
mengembalikan kokohnya bangunan masyarakat dengan tata aturan syariat Allah
SWT.
Ramadhan juga dikenal
dengan syahrul qiyam yang memotivasi kita mendirikan sholat-sholat
malam, mengembalikan makna penghambaan yang sesungguhnya dalam realita
kehidupan, bermunajat di hadapan Tuhan Yang Maha Mengendalikan, meninggalkan sebagian
kenikmatan dunia yang semu dan menipu berharap aneka kenikmatan akhirat yang abadi
dan lebih membahagiakan. Sholat malam dalam syariat Islam bukan soal hitungan
jumlah rakaatnya yang sering diperdebatkan, tapi soal efek munculnya perubahan
prilaku social umat yang menghargai persamaan status kehambaan dan menghormati
perbedaan.
Ramadhan juga dikenal
dengan syahrul qur”an yang membuat kita bisa setia berdekatan lebih lama
dengan ayat-ayat al-qur”an, baik di waktu siang maupun malam. Bukan hanya dalam
bentuk mengeja rangkaian huruf-hurufnya, tapi juga dalam bentuk mentadabburi
kandungan maknanya dan menjadikannyapetunjuk dalam meniti jalan kehidupan di
akhir zaman yang penuh fitnah agar tetap selamat hingga bertemu Allah di
akhirat.
Ramadhan juga dikenal
dengan syahrus shabr yang mengajarkan kepada kita agar lebih mampu
menguasai kehendak hati, mengendalikan sikap terhadap kondisi, dan tidak mudah
terprovokasi. Pengawasan Allah lebih terasa dalam seluruh gerak gerik kita, walau
tak ada sosok manusia yang melihat kitatak membuat kita merasa bebas berbuat
pelanggaran aturan apalagi aturan syariat Allah.
Tingkat kesabaran yang dihasilkan dari ibadah Ramadhan ini juga membuat hati kita lebih sensitive bisa merasakan realita kehidupan umat yang membutuhkan derma dari setiap kita, apa pun bentuknya. Ramadhan membuat sikapqona”ah atas apa yang telah diberikan oleh Allah dalam kehidupan kitaakan menguat dan memunculkan sikap itsar mendahulukan kepentingan saudaranya dari pada kepentingan diri sendiri. Semoga berkah Ramadhan terus menyertai hari-hari kita dalam meniti jalan hamba bertaqwa.
Penulis :
KH. Musyaffa Muin, Lc. M.Pd
(Ketua IKADI Kota Bekasi)
Komentar