Sulitnya Beradaptasi Dengan Lingkungan Yang Baru Dan Keadaan Yang Berubah-Ubah
Adaptasi adalah upaya seseorang
untuk menyesuaikan diri dengan sesuatu yang baru dan berbeda. Adaptasi menjadi momok
bagi kebanyakan orang tidak sanggup move on dalam penyesuaian diri. Gagal
adaptasi bisa menyebabkan frustasi, ketidakseimbangan, bahkan bisa jadi bunuh
diri.
Banyak muda mudi yang tidak sanggup
beradaptasi dengan suasana baru saat usai menyelenggarakan resepsi megah,
keluarga baru, teman tidur baru, tanggung jawab baru, pembatasan dan
keterbatasan pergaulan, seringkali menjadikan pasangan suami isteri ribut
bahkan tak jarang yang harus pupus di tengah jalan.
Kehilangan orang yang dicintai,
dikagumi, disandari, seringkali membuat anak, istri, penggemar, santri, rakyat,
karyawan tidak mampu melanjutkan misi pendahulunya. Sedih wajar, kaget itu
biasa, tapi orang hebat harus segera bangkit, untuk bisa beradaptasi menghadapi
kondisi yang berbeda. Bukankah para sahabat nabi cepat bangkit saat Rasulullah
wafat, abu bakar wafat, Umar wafat dst.
Saat ini kita berada dalam suasana
Ramadhan yang berbeda dengan sebelumnya, adaptasi adalah pekerjaan rumah yang
harus segera kita selesaikan. Bagaimana beradaptasi melalui Ramadhan tanpa
jamaah tarawih di masjid, tanpa kultum qobla tarawih, tanpa kajian Dhuha dengan
puluhan jamaah setia, tanpa I”tikaf di masjid, ifthor jamai, tadarusan, umrah
dan segudang acara Ramadhan lainnya.
Saat hijrah, para sahabat sanggup
adaptasi dengan udara habasyah, budaya Madinah, kepura-puraan Munafiqin,
menghadapi keberingasan Quraisy. Saat di boikot tiga tahun, mereka dapat
bertahan menghadapi bunyi perut yang berdesir bagai gelombang di pantai,
ketertutupan bercengkerama, jeritan anak-anak yang menyayat, ketiadaan makanan,
himpitan cemoohan yang menyesakkan dada. Mereka sanggup beradaptasi. Kita baru
terboikot dalam hitungan hari, namun senyuman adaptasi tak kunjung merekah.
Apa kuncinya agar adaptasi menjadi
sukses bersama
1. Ridho dan pasrah pada Allah
2. Segera menyadari keadaan
3. Fungsikan akal agar menemukan jatidirinya
4. Optimis bahwa Badai kan berlalu.
(Sekretaris IKADI KOTA BEKASI)
Komentar