Mengubah Sudut Pandang

Mengubah Sudut Pandang


Robert Vincento, seorang pegolf profesional dari Argentina. Suatu ketika, setelah selesai dari sebuah turnamen golf internasional di ibukota Argentina, ia didatangi oleh seorang wanita muda. Setelah memperkenalkan diri, ia mengatakan bahwa ia adalah fans berat dari Robert Vincento. Dan untuk dapat bertemu serta mendapatkan sebuah tanda tangan dari Robert, wanita itu mengatakan ia rela meninggalkan anaknya yang saat ini tengah berbaring di RS.

“Apa yang terjadi dengan anak anda, Nyonya ?” tanya Robert bersimpati.

Wanita itu kemudian menceritakan bahwa anak laki-lakinya yang berumur 6 bulan, saat ini tengah berbaring di rawat di rumah sakit karena ada kelainan jantung, dan harus menjalani operasi . Karena ketiadaan dana utk menanggung biaya operasi tersebut, maka sampai saat ini bayinya belum dilakukan tindakan operasi. Padahal operasi tsb merupakan pilihan satu-satunya agar bayinya bisa bertahan hidup.

Tanpa berpikir panjang Robert segera mengeluarkan buku cekn dari tasnya dan menuliskan angka 2.000 US dollar. Kemudian diserahkan kepada wanita muda tersebut.

“Ini untuk membantu biaya operasi bayimu, Nyonya.”

Dua minggu kemudian seorang rekan sesama pemain golf datang menemuinya.

“Aku punya berita buruk untukmu, teman . . . .” kata temannya itu.

“Berita buruk apa ?” tanya Robert dengan penuh rasa ingin tahu.

“Bukankan engkau sekitar dua minggu yang lalu bertemu dengan wanita ini  . . . . . .  “ ujar temannya, sambil memperlihatkan hp nya yang berisi foto wajah wanita muda yang ditemuinya 2 minggu yang lalu.

“Betul  . . . . . . “ jawab Robert dengan perasaan was was. Pikirannya melayang membayangkan hal terburuk telah terjadi dengan bayi wanita itu.

“Bukankah kau telah memberinya dua ribu dollar ?”

“Benar . . . . “

“Engkau telah ditipunya !” kata teman Robert dengan nada turut prihatin. “Kami sudah cek, wanita itu tidak pernah punya anak yang tengah berbaring sakit menunggu operasi di rumah sakit. Jangankan punya anak, menikahpun belum. Inilah berita buruk yang kumaksud  . . . . . “

Begitu mendengar hal tersebut, Robert Vincento langsung tersenyum lebar, seolah olah ia telah keluar dari persoalan yang pelik. Ia segera menyalami rekannya itu dengan antusias dan wajah yang menunjukkan kegembiraan.

“Terima kasih sobat ! Kau telah membawakan berita gembira bagiku. Bahkan berita paling menggembirakanku selama setahun ini.”

“Aku bukan sedang bercanda, Rob,” kata temannya itu agak kebingungan.

“Barangkali ini berita buruk bagi rekan rekan yang lain. Tapi bagiku tidak. Ketahuilah, selama hampir 2 minggu ini pikiranku selalu dihantui dengan wajah seorang bayi yang tergolek lemah tidak berdaya di rumah sakit, menunggu operasi. Tangisnya yang menyayat tergiang terus di telingaku. Apalagi sorot matanya yang seolah olah tak pernah berpaling menatapku. Ketika kau katakan bahwa sebenarnya wanita itu tidak pernah punya bayi, seketika bayangan wajah bayi malang yang sekian lama menghantuiku lenyap. Ini adalah berita gembira yang kau bawa, teman.”

Wallahu’alam


Penulis :

Drs. H. Totok Prasojo





Ayo share artikel ini melalui sosial media kamu dengan klik salah satu tombol di sebelah kanan layar. Terimakasih & Semangat Berwakaf Amazing People!

Komentar

Silakan Masukan Komentar ...

Artikel Terkait


Donasi