Ibnu Sina Dan Metode Mengatasi Wabah
Ibnu Sina (980-1037) dikenal juga sebagai Avicenna di dunia Barat adalah seorang filsuf, ilmuwan & dokter kelahiran Persia (sekarang Iran). Karyanya yang sangat monumental adalah al-Syifa (Penyembuhan, terdiri dari 18 jilid berisi tentang berbagai macam ilmu pengetahuan) & al-Qānūn fī al-Ṭibb (Canon of Medicine, Aturan Pengobatan) yang merupakan rujukan di bidang kedokteran selama berabad-abad. Orang Barat menyebut Ibnu Sina dengan panggilan the Prince of Doctors (Pangeran para dokter) & the Father of Modern Medicine in the Middle Ages (Bapak Kedokteran Moderen di Abad Pertengahan).
Ibnu
Sina Menolak Salaman Dan Pelukan
Ibnu Sina & murid-muridnya pergi menemui seorang ulama, Abu al-Rayhan al-Bīrūni. Ini adalah pertemuan kali yang pertama di antara mereka. Al-Bīrūni menyambut Ibnu Sina dengan dua tangan terbuka untuk memeluknya, tetapi Ibnu Sina mundur & menolak menyentuhnya, ia minta disediakan pakaian baru untuknya & orang-orang yang menyertainya, serta minta mangkuk dengan larutan cuka untuk mencuci tangan & wajah mereka.
Al-Bīrūni terkejut dengan
permintaan Ibnu Sina tersebut seraya bertanya kepadanya : “ Ini tradisi bangsa
mana ?
Ibnu Sina menjawab: “
Ini tradisi ini harus diberlakukan di Negara-negara tempat “Wabah Hitam” (Black
Death) bersembunyi.”
Ibnu Sina menyadari bahwa sulit bagi publik untuk berurusan dengan virus yang tidak mereka lihat. Ingat ketika itu belum ada mikroskop & cara melihat virus tidak dikenal seperti sekarang ini. Namun demikian, Ibnu Sina telah mengidentifikasi virus ke murid-muridnya dengan sangat tepat. Ia mengetahui bahwa semua penyakit menular disebabkan oleh kāināt daqīqah (mikroorganisme) yang tidak dapat dilihat & bisa menempel pada apa saja, seperti pakaian, wajah, tangan & rambut.
Waspada
Tapi Jangan Nervous
Ibn Sina menjelaskan kepada sahabatnya bahwa tidak usah takut menghadapi wabah ini, tetapi hadapilah dengan suka cita & kegembiraan, karena rasa takut, secara signifikan dapat melemahkan imunitas atau kekebalan tubuh.
Sehubungan dengan hal di atas, Ibnu Sina menyampaikan kata mutiaranya:
اَلوَهْمُ نِصْفُ الدَاءِ، وَالإطْمِئْنَانُ نِصْفُ الدَوَاءِ، وَالصَبْرُ بِدَايَةُ الشِفَاءِ
al-wahm nişfud-dā-i, wal-ițmi’nān nişfud-dawā-i, wal-şabr bidāyah al-syifā
Delusi (serba kawatir) adalah separuh penyakit, ketenangan adalah separuh pengobatan & kesabaran adalah awal dari kesembuhan.
Metode Ibnu Sina Dan Penerapan Physical Distancing, Gerakan Cuci Tangan
Ia juga menerangkan cara pencegahan wabah lainnya, yaitu yang bersangkutan harus menjauhi kerumunan manusia, uang harus disterilkan dengan air cuka, masjid & pasar harus ditutup sementara, sehingga setiap orang shalat di rumahnya masing-masing, agar rantai penyebaran infeksi tidak berlanjut.
Di samping itu, dokter & paramedis yang merawat pasien, agar mensterilkan hidungnya dengan kapas yang direndam dalam cuka & mengunyah auraq al-syaikh (semacam daun-daunan), yang semuanya ini baru dikenali oleh orang setelah wabah pandemi Corona menyebar ke berbagai negeri.
Karantina 40 Hari
Ibn Sina ; Untuk mencegah penyakit yang ditularkan oleh mikroba, di antara sesama manusia, ia menemukan metode mengisolasi selama 40 hari. Metode ini dia sebut al-arba’iniyyat (40 harian) lalu dikenal dalam bahasa Itali dengan quarantine lalu diserap dalam bahasa Indonesia menjadi karantina. Karena kemajuan ilmu kedokteran, untuk masa sekarang ini karantina lazimnya dilakukan selama 14 hari.
ilmu kedokteran yang dikembangkan ahli medis muslim di abad pertengahan pernah mempengaruhi dunia kedokteran terutama di daratan Eropa. Inovasi-inovasi ibnu Sina dalam bidang medis terutama dalam usahanya membatasi penyebaran wabah, sangat relevan untuk digunakan pada pembatasan penyebaran Corona masa sekarang ini.
Penulis
:
Prof.
Dr. Syihabuddin Qalyubi, Lc., M.Ag
(Guru Besar Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta)
Ilmu yang bermanfaat
layaknya wakaf yang tak pernah putus...
Komentar