Hidup Tak Pernah Sepi Dari Komentar
Frederick
Smith, pendiri perusahaan internasional jasa kurir Federal Express, pada tahun
1962 ia kuliah di Yale University. Dalam
mata kuliah Ekonomi, ia ditugaskan oleh profesornya untuk membuat
paper/makalah tentang bagaimana menjalankan sebuah bisnis. Maka ia membuat
makalah tentang jasa pengiriman barang dan surat yang disebut dengan istilah
overnight delivery service (pengiriman dalam satu hari) di seluruh wilayah
Amerika Serikat.
Itu
adalah ide baru yang belum pernah ada di AS. Tapi oleh profesornya, makalah itu
hanya mendapat nilai C minus. Karena dianggap ngimpiiii. Bukan hanya ngimpi
malah, tapi ngelinduuuur ! Gak realitis ! Impossible ! Dan penilaian lain
sejenisnya. Bagaimana mungkin AS yang terdiri lebih dari 50 negara bagian,
terbentang luas dari Utara ke Selatan, bisa di cover dalam waktu satu hari.
Logikanya dimana ?
Frederick
Smith pada awalnya kecewa dengan penilaian profesornya. Tapi kemudian nilai C
minus itu justru menjadi sumber energi motivasi dan obsesinya, untuk
membuktikan logika yang dibangun oleh profesornya dan masyarakat pada umumnya
tidak seluruhnya benar.
Tahun
1971, setelah pulang dari Perang Vietnam, ia mulai merealisasikan mimpi dan
obsesinya yakni dengan mendirikan perusahaan Federal Express. Melalui
perjuangan yang panjang dan mengalami episode jatuh bangun, di era 90 an
Federal Express menjadi perusahaan yang pertama kali merilis layanan Overnight
Delivery Service di seluruh wilayah AS. Dan layanan tersebut sampai dengan saat
ini menjadi standar acuan bagi kompetitor perusahan kurir lainnya. Fedex saat
ini sudah diperkuat dengan armada pesawat terbang milik sendiri, baik
untuk lokal, regional maupun
internasional.
Di
kisah yang lain, kita mungkin pernah membaca bagaimana pertama kali Tirto Utomo
membangun bisnis minuman kemasan Aqua. Di tahun 1970 an ia sering melakukan
perjalanan dengan kereta api dari Bandung ke Jakarta dan sebaliknya. Suatu
ketika ia haus, dan ingin minum air putih/tawar. Tapi sepanjang stasiun
perberhentian yang dijumpai adalah penjual minuman yang berwarna warni, kopi,
teh, cendol dll.
Di
kesempatan perjalanan berikutnya ia bekal air putih dari rumah yang dimasukkan
dalam botol. Persoalan lain muncul ; repot, berat dan makan tempat. Di dalam kereta itu ia mulai berpikir,
pastilah yang mengalami persoalan seperti aku ini banyak, lalu kenapa bukan aku
saja yang jualan air putih dalam kemasan yang ringan ?
Ketika
ide itu disampaikan ke rekan-rekannya, seketika mereka ngakak habis, nyaris gulung
koming. Mungkin dengan bahasa kita sekarang mereka ngomong begini: “Gile lu,
Drooo . . . . . ! Air putih mo dijual . . . . .!”
Tirto
maju tak gentar. Anjing menggonggong khafilah tetap berlalu. Dan kini kita
saksikan sendiri buktinya, Aqua menjadi pelopor bisnis air mineral kemasan.
Masih banyak bro,
contoh contoh lain. Kalo diceritain lagi, ntar kepanjangan, capek baca nya.
Yang jelas dunia ini tak akan pernah sepi dari komentar-komentar. Sebagaimana yang diceritakan Al Qur’an, ketika seseorang bersedekah dengan nilai yang sedikit, muncullah komentar-komentar : “Sesungguhnya Allah tidak membutuhkan yang sedikit. . . . . . .”
Manakala seseorang
bersedekah dengan nilai yang besar, ada lagi komentar-komentar seperti ini :
“Sesungguhnya ia bersedekah karena riya . . . . . “
Nah,
ketika seseorang belum sempat bersedekah karena sedang mengalami keterbatasan
finansial, eehh masih ada itu komentar : “Sesungguhnya kita belum menemukan
orang yang lebih bakhil daripadanya . .
. . . . “
Atau
kisah Ahli Hikmah Lukmanul Hakim yang sedang bepergian naik keledai bersama
anaknya. Saya gak cerita yang ini, nanti dikomplen kepanjangan dongengnya.
Intinya, kita dituntut
untuk memilah-milah komentar. Mana yang perlu direspon, mana yang perlu
disikapi dengan EGP (Emang Gue Pikirin).
Biasanya
kalo kita punya usulan-usulan yang bagus,
sebelum disampaikan ke bos kita share dulu ke rekan rekan kerja untuk
mendapatkan masukan-masukan. Maka jangan dulu surut dan baper, ketika ada
rekan-rekanmu yang komentar begini :
“Ngapain capek capek
ngusulin itu ke bos, pasti ditolak dehhh . . . . . . .”
Atau :
“Sudahlah, kita gak
usah ngurus yang begituan. Itu bukan urusan kita . . . . . . .”
Atau :
“Daripada nanti
sampeyan kecewa, mendingan diam ajaaa deh . . . . . . .”
Dan
komentar-komentar lain sejenisnya, yang intinya melemahkan tekad dan
semangatmu, maka janganlah baper. Itu adalah komentar-komentar yang belum
terbukti kebenarannya. Sekaligus untuk menguji nyalimu. Apakah akan tertantang
atau malah mengkeret. Pilihan ada di tangan sampeyan.
Jangan layu sebelum
berkembang. Ojo surut sebelum berlayar. Tebalkan telinga. Dunia tak pernah
sepi.
Wallahu’alam.
Penulis
:
Drs. Totok Prasojo
Komentar
Abdul Gofur
2020-07-06 22:23:26 ReaderAyo ramein dunia ini dengan mimpi-mimpi.